Rabu, 04 Agustus 2010

Pembelajaran VS Pengajaran, What Different?


Ketika memutuskan untuk masuk dalam fakultas ilmu pendidikan, saya nggak begitu peduli dengan macam istilah yang include atau terlanjur "nyatu" dengan ordo (bangsa) "pendidikan" ini. Pun ketika ayah-ibu saya--yang notabenenya nggak punya pendidikan tinggi--bertanya mengenai nama fakultas saya. Katanya, "mengapa fip = fakultas ilmu pendidikan, bukan fakultas ilmu pengetahuan? Biasanya ilmu itu disandingkan dengan pengetahuan, jadi seharusnya fakultas ilmu pengetahuan." Di semester awal dulu, paling-paling saya cuma jawab: "hm... udah dari sononya". Beres, menurut saya--walau mungkin tidak demikian menurut kedua orangtua saya. Cuma, saya yakin mereka memilih diam, nggak bertanya lagi--atau cenderung pasrah dengan jawaban seenak udel saya sendiri itu--sebagai cara bijak nan ampuh untuk menghadapi produk instan macam saya... :)


Mula-mula Pendidikan VS Pengetahuan
Bisa dibilang, bermula dari pertanyaan kedua orangtua saya itulah, saya mulai mempertanyakan hal sejenis. Saya menanyakan hal serupa pada dosen di awal masuk kuliah. "Itu sekadar istilah, tapi memang ada bedanya, walau sedikit". Jawabannya meski nggak terlalu singkat, tapi justru menyebabkan pertanyaan tersebut jadi beranak pinak, bercucu-cicit, dalam benak saya. Menggantung!

Well. Walau pada akhirnya saya coba merangkai jawaban sendiri (karena kebetulan dapat wangsit dari beberapa buku yang saya baca). Dan sepertinya, dosen saya salah total; karena beda antara pengetahuan dan pendidikan itu banyak banget, pak! Dan kalaupun itu istilah, keduanya bukan sekadar istilah. Keduanya punya makna yang berbeda-beda. Masing-masing berdiri sendiri membentuk makna yang jauh berbeda.

Pengetahuan dimaknai sebagai sesuatu yang mengandung kebenaran, tidak pernah salah (meski sifatnya relatif). Kalau kata si Lenzen, ilmu pengetahuan berarti pengetahuan yang sistematis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan sistem pengetahuan diperoleh dari hasil riset. Sementara pendidikan, meski sama-sama proses yang sistematis, tapi lebih punya tujuan yaitu perubahan tingkah laku. Lebih lengkapnya, pendidikan adalah serangkaian upaya sadar (jadi kalau lagi mengigau apalagi mabuk dan gila itu nggak masuk ye) yang sistematis, memiliki tujuan, untuk mempersiapkan seseorang menemukan peranannya (sebagai manusia yang manusiawi) di masa yang akan datang.

So, ada bedanya nggak antara pendidikan dan pengetahuan? Banget, kan?



Sekarang Pembelajaran VS Pengajaran
Nah, setelah menguak sedikit tentang hal yang krusial (mulai lebay.. :)) tadi, saat ini pertanyaan serupa kembali mengemuka. Ini turunan dari pertanyaan pokok tadi. Karena dalam definisi soal pendidikan yang saya tulis tadi, saya menemukan fakta bahwa dulu sekali (kira-kira tahun 1999 lalu), pemerintah bikin peraturan (PP no. 90/1999) ttg definisi pendidikan yang isinya kira-kira begini: "pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa depan".

Dari sini, diketahui bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran. Bila mengajar dibatasi pada kegiatan guru menyusun program, berinteraksi dengan murid selama satu jam pelajaran atau lebih, melaksanakan serangkaian kegiatan di kelas, dan mengadakan penilaian hasil belajar pada akhir jam pelajaran, maka kegiatan mendidik lebih terarah pada usaha seseorang untuk membantu seseorang yang lainnya yang berlangsung dalam hubungan kewibawaan dan didasarkan pada rasa kasih sayang yang terjadi di dalam lingkungan sosial tertentu untuk mencapai kedewasaan (Lengeveld dalam Filsafat Ilmu Pendidikan: Prof. Ishak AbdulHak, 2006: 11).

Artinya, kalau mengajar lebih diarahkan pada sesuatu yang mekanik, kaku, dan upaya teknis semata, maka mendidik lebih dari itu. Mendidik mengarah pada makna yang lebih
luass, global, dan lebih manusiawi.

Om Andrias Harefa dalam bukunya Menjadi manusia pembelajar, kita dijaka lebih memahami perbedaan makna "ajar" dan "didik". Menurut Andrias, gampangnya, pengajaran menyangkut soal teori, sementara pendidikan sepenuhnya soal potensi. Pengajaran itu soal belajar tentang sementara pendidikan adalah soal belajar menjadi (Andrias Harefa dalam Menjadi Manusia Pembelajar, 2000: 59).

Bagaimana dengan Pembelajaran VS Pengajaran?

Sebenarnya setelah menemukan beberapa perbedaan antara padu padan kata yang masuk dalam ordo yang sama itu, saya memahami bahwa pembelajaran lebih bersifat informal/nonformal. Kegiatannya tak baku. Bisa dilakukan di manapun, kapanpun. Karena proses mencari pengetahuan pada hakikatnya bisa dilakukan di manapun; di rumah, di alam bebas, bahkan di toilet!

Untuk belajar merangkak, seorang anak nggak perlu masuk akademi merangkak untuk bayi. CUkup belajar dari lingkungan di sekitarnya cara merangkak yang baik. Maka, wajarlah bila ada Kemala, seorang anak India yang ditemukan di sarang serigala pada tahun 1920. Diketahui bahwa ia dirawat oleh serigala sehingga tingkah lakunya menyerupai serigala; berjalan dengan menggunakan dua kaki dan dua tangan. Apa Kemala salah? dalam konsep belajar berjalan versi manusia, Kemala bisa jadi salah. Namun dalam konsep belajar, itulah hakikat belajar yang sesungguhnya. Apalagi bila kita telaah dengan prinsip-prinsip psikologi perkembangan, di mana ada masa-masa di mana seorang anak mengimitasi keadaan di sekitarnya untuk diasosiasikan menjadi sikap atau tingkah laku yang baku dalam dirinya.

Kalaulah menjadi pembelajar berarti mengoptimalkan seluruh potensi kemanusiaan kita agar berdaya, mandiri, berdiri di atas kaki sendiri, merdeka, dan menjadi manusia yang manusiawi (ini istilah dari Driyakarya--red), maka proses tersebut akan berlangsung sepanjang hayat. Seumur hidup. Berbeda dengan pengajaran yang hanya ditujukan untuk membentuk konsep/teori atau memberi ilmu yang prosesnya terbatas pada jenjang-jenjang pendidikan yang terkotak-kotakkan atau terbatas pada satu tingkat tertentu; S-1, S-2, S-3, habis?.

Masalahnya sekarang, istilah pembelajaran dan pengajaran memiliki makna yang lain lagi ketika harus bersanding dengan kata-kata yang lainnya. Seperti yang baru saja saya alami ketika saya mencari perbedaan antara penggunaan kata pembelajaran dan pengajaran yang disandingkan dengan media maupun metode. Menurut salah seorang dosen, media pengajaran memang berbeda dengan media pembelajaran (begitupundengan metode pembelajaran dan metode pengajaran).

Katanya, media pembelajaran bermakna bahwa media tersebut lebih banyak melibatkan peran siswa/peserta didik dalam pemanfaatannya. Misalnya, buku sebagai media pembelajaran. Ini berarti media tersebut dimanfaatkan dan digunakan lebih banyak untuk menunjang keberhasilan belajar si siswa.

Sedangkan media pengajaran bermakna bahwa keterlibatan gurulah yang lebih banyak dalam penggunaan media tersebut. Misalnya, dengan contoh yang sama; buku sebagai media pengajaran berarti buku membantu guru dalam meningkatkan keberhasilan siswa yang diajarnya.

Penjelasan dosen saya itu sedikit mengusik benak saya untuk (lagi-lagi) memberikan pertanyaan turunan dari penjelasan ini: benarkah hanya murid yang belajar dan guru yang mengajar?

Rawamangun yang mendung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar