Kamis, 05 Agustus 2010

Let's Learn A-B-C, Haykal!



Ini tentang Haykal, salah satu murid les privat saya. Nggak ada yang spesial dari sosok Haykal. Tadinya enam bulan ke depan saya berniat untuk menolak melakukan aktivitas lain selain kuliah karena takut mengganggu fokus kuliah yang tengah memasuki masa-masa skripsi/penelitian. Tapi soal mengajar ini, hm... saya pikir nggak masuk dalam "godaan" yang membahayakan kali ya. Saya kangen mengajar, bercengkerama dengan anak-anak, dan bergelut dengan kesibukan. He...

Oke, back to Haykal. Kalau tadi saya bilang soal Haykal yang nggak spesial, memang begitu adanya. Kalaupun ada, saya suka senyumnya yang manis karena lesung di pipinya. Hahaha... (pedofili nih, hush!). Haykal bukan bocah yang pandai, tapi dia juga nggak lemot dan bodoh. Sama seperti anak seusianya, yang paling menonjol darinya adalah main. Ia anak yang aktif untuk... BERMAIN!!!

Mungkin keaktifan bermainnya sesuai dengan karakter anak seusianya yang belum genap enam tahun (5 tahun sembilan bulan). Konsentrasinya amat pendek. Paling cuma lima-sepuluh menit. Ia berminat pada semua hal yang saya ajarkan selama sepuluh menit saja, wiiiih.... senangnya minta ampun. Dan, untuk itu semua, saya nggak ingin memaksanya untuk bisa berlama-lama dengan pelajaran.

Biasanya, saya akan banyak bawa mainan untuk menarik perhatiannya pada pelajaran yang saya bawakan. Ketika pelajaran berhitung, saya harus repot-repot membawa bola warna-warni dari rumah, atau menggunakan beberapa mainannya untuk dihitung. Lumayan berhasil.

Ketika saya harus membantunya belajar membaca dan mengeja kata-kata yang sulit (untungnya dia sudah mengenal huruf dan sedikit-sedikit mengeja), saya harus membawa buku-buku penuh warna, atau balapan mengeja sambil lari-larian dengannya.

Ribet, capek, tapi lagi-lagi lumayan berhasil. Meski saya harus mencari ragam kegiatan BSB (belajar sambil bermain; bermain sambil belajar) untuk menjaga 10 menit rentang konsentrasinya yang harus tetap terjaga bahkan harus terus meningkat. Tapi di sanalah seninya. Di sana tantangan yang mengasyikkan.

Setelah sebulan berjalan, Mama Haykal kayaknya agak senang dengan perkembangan Haykal yang superaktif itu. Menurut laporan yang ia dapat dari guru Haykal di sekolah, Haykal sudah tak harus dipanggil-panggil oleh gurunya karena seringnya keluar kelas untuk bermain, atau jalan-jalan mengganggu teman sekelasnya. Hehehe, padahal sungguh, itu bukan atas usaha saya. Saya ingat, dua minggu terakhir ini Haykal sering mengeluh tentang pelajaran di sekolahnya yang sudah mulai susah. Hehehe... Jadi, mungkin saja kan kali ini Haykal sudah menemukan jatidirinya (halahh, ngaco abis). Maksudnya, barangkali ia mulai menemukan tantangan di setiap pelajaran yang mulai tak bisa dia taklukan.

Sayangnya, apa yang saya pikirkan berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan oleh sang bunda. Mama Haykal tetap mengira perubahan haykal yang sedikit itu berkat kesuksesan usaha saya. Padahal, terkadang saya lebih sering marah dan keras pada Haykal--nggak ideal deh untuk ngajar anak-anak seaktif Haykal yang seharusnya lemah lembut gitu (abis, kadang gregetan, Bu. Pisss). Nah, berdasarkan pemikiran sang Mama itulah, akhirnya ia memberikan saya tantangan yang baru. Katanya; "Bu, bisa tolong bantu Haykal untuk bisa mahir bahasa Inggris. Kalau bisa di rumah ngomong pake bahasa Inggris gitu. Hm, soalnya begini Bu, saya sedang dekat dengan pria ule bla-bla-bla..." (note: Papa Haykal meninggal saat usianya dua tahun, sang mama memang single parent yang masih muda, cantik pula).

Saya langsung terhenyak dengan alasan yang rada "lugu" dari sang bunda. Apa ya? Itu masuk kategori mengeksploitasi anak nggak sih? Hehehe... tega nian pendapat saya. Well, akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya; "Tapi maaf bu, hm... apa hubungannya ya ibu yang tengah dekat dengan cowok bule dan Haykal yang harus jadi pintar bahasa Inggris? Emang yang berhubungan dengan si bule itu sebenarnya siapa ya; ibu atau Haykal? (hihi, yang terakhir saya lanjutkan dalam hati). Dan sang mama hanya menjawab dengan seburat senyum khas orang jatuh cinta... Ah, Mama....

Begitulah. Meski saya belum benar-benar tahu alasan yang jelas mengapa tiba-tiba Haykal harus pandai berbahasa Inggris, akhirnya seminggu ini saya harus extra melatihnya bercas-cis-cus dalam bahasa Inggris. Di sekolah, kurikulum kelas satu SD juga sudah memperkenalkan pelajaran bahasa Inggris, meski tak cukup intensif (seminggu hanya satu jam pelajaran). Meski demikian, tak seperti membaca dan berhitung, Haykal sepertinya tak memiliki bekal yang cukup dalam menguasai pelajaran bahasa Inggris.

Hari pertama yang saya ajarkan padanya adalah alphabets. Saya pikir, sehari itu pasti ia sudah hafal, maksimalnya tiga hari deh. Toh ia kan sudah hafal alfabet dalam pelafalan bahasa Indonesia; A-B-C-D... apa susahnya? Sayangnya, semua hipotesis saya salah. Boro-boro mengajarkannya berkenalan dalam bahasa Inggris, menyebutkan huruf-huruf dengan lafal Inggris saja ia masih tak bisa. Bahkan sampai tepat di hari ke delapan ia belajar bahasa Inggris, siang tadi (jatah lesnya tiga kali seminggu), ia masih belum bisa melafalkan abjad-abjad dengan tepat. Ia tetap menyanyikan lagu A-B-C-D dengan lafal a-be-ce-de bukannya dengan lafal ei-bi-si-di.
Berbagai cara sudah saya coba tempuh. Dengan CD interaktif yang saya miliki, atau learning English dari tokoh-tokoh kartun kayak Barney, dan tokoh kartun favoritnya; Ben 10. Buku-buku panduan belajar membaca dengan bahasa Inggris aneka gambar dan warna tak juga menarik perhatiannya. Kartu-kartu abjad juga. Sampai akhirnya saya curiga sendiri, kayaknya Haykal nggak sebodoh itu deh.

Saat saya sudah di ambang kemampuan untuk menahan gemas pada Haykal, saya akhirnya bertanya pada Haykal (dengan bahasa Inggris tentunya); "Let's Learn A-B-C, Haykal!" Ajakan saya lebih terdengar seperti erangan kegemasan yang memuncak pada seorang bocah berusia lima tahun sembilan bulan yang berlesung pipi. Tapi, saya terkaget-kaget dengan jawaban Haykal. Katanya dengan mantab; "No Way!!!"
OMG... saya menyadari satu hal; Haykal bukannya nggak bisa mengucapkan abjad-abjad dalam bahasa Inggris. Ia juga bukannya tak mampu menyerap pelajaran bahasa Inggris , tapi dia TIDAK MAU!!!

Dan, ketika saya tanya "what is your name?" padanya, ia keceplosan menjawab; "Muhammad Haykal Hanugrah!" Lunturlah semua sakwasangka saya soal kemampuannya dalam bahasa Inggris, Ya, saya tahu sekarang; Haykal hanya tidak mau mempelajarinya. Just it! Tapi kenapa?

"Karena aku nggak mau jadi orang bule, apalagi punya papa bule!"
Saya: @$%^***^##@**%!=+-0*&#@#*^%$!!!!!! (sambil melongo sejadi-jadinya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar