Rabu, 11 Agustus 2010

Ramadan dan Celotehan Mereka



Memasuki bulan Ramadan, murid-murid saya juga antusias untuk menyambutnya dengan penuh ekspresi. Haykal, misalnya. Kemarin ia menunjukkan baju koko dan peci baru yang akan dikenakannya malam nanti saat tarawih dan tarawih-tarawih selanjutnya. Kemudian ada juga Enggar dengan style rambut barunya (baru dicukur ceritanya). Katanya sih mamahnya yang nyuruh dia "bersih-bersih" saat ramadan tiba. Dua adik kakak; Arsyi dan Akke, meski nggak secara khusus mempersiapkan ramadan kayak Haykal dan Enggar, tapi mereka--yang memang lebih pendiam dari dua anak murid saya yang lainnya, bisa dibilang senang dengan hadirnya ramadan tahun ini.

Kemarin, sebelum memasuki bulan ramadan, saya menanyai mereka satu per satu tentang ramadan yang ada dalam benak mereka. Ngobrol bareng murid-murid di sela aktivitas belajar emang kebiasaan buruk saya, tapi mengasyikkan. He.. Dan,,, taraa… selalu ada keajaiban dari celotehan kecil mereka, termasuk ketika mereka dihadapkan pada satu masa bernama r-a-m-a-d-a-n.

Celotehan Haykal

Karena Haykal cenderung aktif. Sangat aktif, malahan. Celotehannya tentang ramadan seperti geraknya yang aktif. Saking aktifnya, saya nggak bisa menangkap apapun dari celotehannya… J Tapi ada yang menarik dari celotehannya tentang ramadan tahun ini.

Katanya; "Aku sebenernya nggak suka puasa tahun ini."

What?

Aku sempat kaget mendengar curhatan mendadaknya. Kenapa? karena Haykal-lah muridku yang paling cerewet tentang Ramadan tahun ini. Maklum, dia udah mulai belajar puasa saat masih umur 3 tahun. Nah, detik-detik menjelang Ramadan, persiapannya makin kentara. Haykal sering mengulang-ulang rencana berpuasanya satu hari full di ramadan tahun ini. Setiap hari, sejak sebulan lalu! Alamak!

Nah, ketika dia tiba-tiba dan seakan “mundur” dari gegap gempita yang selama ini dia gaungkan, saya mikir seribu kali, kenapa? Why? Eng-ing-eng… ternyata setelah saya tanyakan hal ini kepadanya, Haykal—dengan mimiknya yang imut dan ekspresi innocentnya yang ngegemesin—bilang gini; "Puasanya kenapa harus bulan Agustus sih? Kan tahun ini jadi nggak bisa agustusan,,,!!!”

Oalah… masih ingat juga dia soal Agustusan. Ya, akhirnya di akhir pertemuan kami kemarin, ia bercerita panjang lebar soal niatnya memenangkan sejumlah lomba di event 17 Agustusan—yang biasa ia ikuti baik di sekolah atau lingkungan rumahnya—yang terancam pupus karena puasa yang tahun ini memang jatuh di bulan kemerdekaan kami.

Well, walaupun agak nggak konsisten, tapi Haykal mengaku doi tetap semangat menyambut Ramadan.

“Aku tetep mau puasa sebulan full lah…!!!” J

Dan diam-diam saya terpikir untuk membuat kejutan Agustusan buat Haykal…. Tunggu ya, Haykal! J


Celotehan Enggar

Enggar is the active one. Sama aktifnya kayak si Haykal. Bedanya, si Enggar jauuuuuuuuuuh lebih kritis dari Haykal—cerewet juga. Apa aja dia komentari. Ditanya, sampai detil! Bahkan baju kita yang nggak macthing bisa dia komentarin habis-habisan. Dan urusannya bisa jadi panjang. Hihi... *pengalaman pribadi*

Soal ramadan, ada pertanyaan menarik darinya; "lebih bagusan mana? puasa atau shalat? aku kalo lagi puasa pengennya tidur terus, jadinya kadang mau bangun buat solat aja susahnya minta ampun."

Nah loh... saya sebenarnya punya jawaban soal ini. Tapi teringat bahwa orang yang di hadapan saya adalah Enggar, di mana darinya pertanyaan bisa punya papa-mama, kakak-adik, oma-opa, saya kudu ati-ati bener cari padanan jawaban yang bukan sekadar memuaskan rasa penasarannya, tapi juga benar secara syari. Bukan sekadar bisa dijawab, tapi harus menggunakan analogi yang bikin Enggar ngerti. Dan, belum sempat saya menjawab, ia bertanya kembali; “Kalo zakat fitrah itu harus makanan pokok yang kita makan ya, Miss? Anak kecil juga udah harus zakat ya? Uangnya dari mana? Terus berartoi zakatnya ASI atau Promina dong?”

Hwaaah… Enggar oh Enggar tenyata kau anak yang cerdas ya, boi!!!! J

Celotehan Akke

Kadang masih suka bingung bagaimana cara ngedeketin si Akke yang pendiam abis. Responnya kalau ditanya paling-paling cuma senyum atau diam. Kalaupun harus berbicara, ia cuma berbicara sepaatah dua patah kata. "Ya," atau "tidak," atau "paham," atau "nggak tahu," itu saja. Selebihnya nggak ada kosakata lain yang pernah kudengar. Meski usianya sama kayak Haykal dan Enggar, tapi menurutku perkembangan Akke jauh di bawah mereka berdua. Awalnya, melihat kondisi Akke yang seperti itu, saya cuma takut kalau Akke--meski sudah les--mengalami kesulitan belajar di sekolah. Kecerdasan interpersonal dan intrapersonalnya masih harus dioptimalkan—banget.

Saat ini saya sendiri masih mencari-cari celah untuk mengoptimalkan tugas perkembangannya yang lain (bukan sekadar perkembangan intelektualnya). Saya coba cari-cari keberminatan anak ini,tapi belum ketemu. Dan hampir dua bulan ini saya juga belum bisa melihat keberminatan Akke dalam bidang dan sesuatu yang mana. Hm, well apapun itu, sebenarnya Akke juga punya daya tarik tersendiri. Minimal, senyumnya itu. Kayaknya setiap senyum anak-anak emang punya daya tarik tersendiri.

Nah, kemarin, ketika saya tanya tentang apakah dia mau puasa tahun ini, seperti biasa: saya cuma harus menunggu dua respon darinya; mengangguk atau menggeleng. Dan benar saja, ia hanya mengangguk. Tapi sesaat kemudian, dengan terbata-bata dan hampir tak terdengar, Akke bilang begini; "mau puasa sampai poll, sampai maghrib, sebulan nggak buka-buka." Subhanallah… mungkin kata-kata itu terdengar biasa saja. Tapi yakinlah kalau kalian pernah menghadapi Akke, apa yang dikatakannya tadi memang sebuah keajaiban. Hihihi... lebay dah… Sejak dua bulan berinteraksi dengannya, itulah jumlah kata terbanyak yang pernah saya dengar darinya. Dan ekspresinya itu loh. Beda banget deh. Wih, bahagia aja liat ekspresi Akke yang demikian dan di luar kebiasaan dia. Usut punya usut, Akke bisa antusias begitu karena dijanjikan seekor kelinci oleh sang ayah.

Hm, dari sini, kayaknya saya menemukan inspirasi buat mengadakan pendekatan dengan cara lain pada Akke.

Celotehan Arsyi

Karena Arsyi adalah murid paling tua (sekarang ia kelas empat), lebih mudah membicarakan banyak hal dengan bahasa orang dewasa. Meski cenderung pemalu, sama seperti Akke, sang adik, tapi Arsyi jauh lebih ekspresif ketimbang Akke. Begitupun saat saya bertanya soal puasa padanya. Dia hanya menjawab bahwa "puasa biar nggak dosa apalagi sekarang aku udah sunat. Jadi kalo sampe nggak puasa kata bu guru di sekolah saya harus disunat dua kali”

Hwah.. meski udah lebih gede, si Arsyi masih bisa dibohongin gitu sama gurunya…. Hihihi….

Well, selamat puasa buat murid-murid cilikku, buat adik-adikku yang lucu-lucu… Luv U all… Ramadan Mubarok.. J

*Jelang Tarawih. Menunggu Keputusan Awal Ramadan 1431 H dari Pemerintah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar